Sunday, November 2, 2014

Jokowi: Kita Berdaulat dengan Sumber Pangan


Presiden Joko Widodo melalui akun Facebooknya (Ir H Joko Widodo) mengomentari tentang ketahanan pangan. Jokowi mengatakan ketahanan pangan berbeda dengan kedaulatan pangan, ketahanan pangan hanya sekedar menyediakan pangan apakah dengan cari impor. Berbeda dengan kedaulatan pangan, memproduksi sendiri dan kuat dalam pemasaran, bahkan hasil pertanian menguasai pasar asing. Dengan mengusai kedaulatang pangan kata Jokowi, meskipun sedang terjadi konflik di luar negeri maka tidak berpengaruh kepada tanah air.

Jokowi juga mengkritisi para pelaku mafia impor seperti bawang merah, penyelundupan gula dan juga perilaku mafia impor daging sapi yang bermain kuota. Pada gambar di atas Jokowi tampaknya sedang blusukan ke pasar tradisional.

Berikut adalah teks selengkapnya:

"Ketahanan pangan itu beda dengan kedaulatan pangan, ketahanan pangan itu "hanya" sekedar bahan pangan itu "ada" di gudang-gudang logistik dan di pasar-pasar. Tapi bahan pangan itu darimana tidak jadi soal, dari impor atau lokal tak dipikirkan, yang penting ada.

Kalau "kedaulatan pangan" itu bahan pangan ada, kita produksi sendiri dan kita kuat dalam pemasaran, bahkan pangan yang kita hasilkan dari pertanian kita bisa menguasai pasar-pasar di luar negeri. Kita berdaulat atas sumber pangan kita, bila terjadi kekacauan di luar negeri, cadangan logistik kita masih kuat karena hasil pangan kita lebih dari cukup memenuhi kebutuhan rakyat.

Dalam pemerintahan Kabinet Kerja, yang dituju adalah "Kedaulatan Pangan" memang panjang jalan menuju itu, karena kita harus melawan banyak hambatan namun kita sudah bertekad ke arah sana.

Dalam politik kedaulatan pangan, negara hadir ketika bawang merah kita dimainkan mafia impor, negara hadir ketika gula diselundupkan, negara hadir untuk memberantas semua itu termasuk mengganyang mafia impor daging sapi yang bermain kuota.

Visi terbesar dari kedaulatan pangan adalah ketika hasil pangan dari bumi Indonesia melimpah ruah di pasar lokal maupun pasar luar negeri. Setidak-tidaknya di negara-negara ASEAN kita harus menjadi negara terbesar dalam memproduksi komoditas pangan."


^Baca juga: Jual barang kesayangan demi nonton final ISL.

No comments:

Post a Comment